Loading...

Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak

Administrator 26 September 2018 4987 kali dilihat
Bagikan:
Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak
Apakah anak Anda terlihat sulit menangkap pelajaran di sekolah sehingga nilai-nilainya kurang memuaskan? Atau sering tidak fokus pada pelajaran di sekolah? Tunggu dulu, jangan langsung kecewa, apalagi memaki anak dengan sebutan buruk, seperti anak malas, anak bodoh, dan sebagainya. Juga jangann buru-buru menyalahkan guru, menganggapnya tidak bagus dalam mengajar sehingga anak tidak dapat menangkapnya. 

Sebelum sibuk mencari kesalahan, alangkah bijak jika Anda mencoba telusuri lebih dalam akar penyebabnya. Bisa jadi, para guru telah berusaha menerangkan sejelas mungkin, tetapi anak kurang mampu menangkap karena mengalami suatu hambatan tertentu sehingga anak tidak optimal belajarnya seperti teman-temannya yang lain. Hambatan ini disebut juga kesulitan belajar.

Aktivitas belajar bagi setiap anak memang tidak selamanya dapat berlangsung lancar. Adakalanya anak cepat menangkap pelajaran tertentu, tetapi lemah pada pelajaran yang lain. Kemampuan setiap anak berbeda-beda, begitu juga minat dan daya konsentrasinya. Inilah yang harus kita telusuri agar penyelesaiannya lebih efektif dan tepat sasaran. Ada beberapa faktor penyebab anak mengalami kesulitan belajar, yaitu:

Faktor Internal - Fisiologis
Contoh faktor fisiologis atau fisik adalah anak dalam keadaan lemah karena sakit sehingga konsentrasinya pun terganggu. Bisa juga berupa hambatan lain, seperti cacat tubuh, kurang pendengaran, kurang penglihatan, atau gangguan gerak. Untuk menyelesaikan masalah ini, tentu diperlukan ahli yang berpengalaman sehingga dapat membantu anak menyelesaikan problem kesulitan belajar. Di sinilah perlunya kejelian orang tua dan guru dalam memperhatikan anak.

Faktor Internal - Psikologis 
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan perilaku yang dibutuhkan dalam belajar, seperti rasa aman, rasa tenang, dan adanya kesiapan. Orang tua perlu memperhatikan bakat, minat, motivasi, dan tipe anak belajar, apakah tipe visual (belajar dengan melihat buku atau gambar), auditori (belajar dengan cara mendengar penjelasan dari guru), atau kinestetik (tidak bisa diam, aktif, menyukai eksperimen untuk belajar). 

Bisa juga kesulitan belajar yang dialami ada hubungannya dengan IQ anak. Hal ini perlu pemeriksaan lebih lanjut ke psikolog. Hasil IQ 110-140 termasuk kategori anak cerdas dan di atas 140 anak jenius yang bisa dengan cepat menerima dan memahami pelajaran. Ada juga tingkat sedang, yaitu 90-110, biasanya bisa mengikuti walau nilainya tidak tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 90, bahkan 60, dapat dipastikan akan sulit menerima pelajaran.

Selain itu, faktor psikologis juga bisa disebabkan anak mempunyai hambatan tertentu seperti keterlambatan kemampuan membaca (disleksia), menulis (disgrafia), atau berhitung (diskalkulia). Ini juga perlu ditelusuri lagi. 

Faktor Eksternal 
Kesulitan belajar juga bisa terjadi akibat faktor yang terdapai di luar diri anak, yaitu faktor sosial dan nonsosial. Faktor sosial contohnya adalah keharmonisan hubungan anak dengan orang tua, anak kurang diperhatikan atau malah terlalu dimanja, dan cara orang tua mendidik. Bisa jadi, orang tua terlalu keras mendidik sehingga anak menjadi tertekan. Sementara itu, faktor nonsosial contohnya adalah guru di sekolah, alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, dan kurikulum. 

Nah, itulah faktor penghambat yang menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam belajar yang harus orang tua telusuri. Jika perlu, tidak ada salahnya Anda berkonsultasi kepada ahli, misalnya psikolog. Jalin hubungan yang dekat dengan dengan guru atau pihak sekolah dan saling bekerjasama demi anak. 

Jika hubungan dengan anak kurang harmonis, segeralah perbaiki. Luangkan waktu untuk membantu anak menyelesaikan masalah kesulitan belajar. Jangan ragu memuji setiap usahanya dalam belajar agar anak tetap bersemangat. Yang terpenting, hindari melabeli anak dengan sebutan buruk yang membuat mereka semakin down. Pada dasarnya, tidak ada anak yang bodoh. Setiap anak memiliki potensi yang sama, hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Tugas orang tua adalah menangkap potensinya, lalu memberi rangsangan dan mengembangkannya. Orang tua memiliki andil besar atas keberhasilannya dalam belajar. Jangan hanya mengandalkan guru di sekolah saja. Semoga kita semua dimudahkan mendampingi anak agar lebih baik setiap harinya. (AH)

image source: https://www.pexels.com/photo/close-up-of-woman-working-256468/