CIMAHI
- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi bakal mencarikan solusi
untuk penanganan sampah masker medis yang dihasilkan masyarakat. Seperti
diketahui, sejak mewabahnya Covid-19 penggunaan masker menjadi hal
utama untuk mencegah penularan virus tersebut.
"Ini
memang masalah utama buat kita, terutama masker. Nanti kita cari
solusinya," ujar Kepala DLH Kota Cimahi, Lilik Setyaningsih, Selasa
(23/2/2021).
Dikatakannya,
dalam waktu dekat ini pihaknya akan melakukan pembahasan terkait
permasalahan ini. Sebab menurutnya penanganan sampah masker yang
merupakan limbah medis tersebut harus secara khusus.
"Saya
kan baru di sini, nanti dibahas. Untuk mengatasinya memang susah,
itukan sekali pakai. Terus banyak masyakat yang pakai," sebutnya.
Kepala
UPTD Kebersihan pada DLH Kota Cimahi, Yusep Koswara menambahkan, setiap
sampah yang diambil dari TPS di Kota Cimahi, yang kemudian diangkut ke
TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat memang rata-rata terdapat masker
sisa pakai masyarakat.
"Iya memang ada sampah masker, dari masyarakat perorangan," katanya.
Ia
tak bisa menyebutkan jumlah volume sampah medis maskernya sebab selama
ini tidak ada pemilahan secara khusus. Pihaknya hanya mengangkut dari
rumah tangga, ke TPS kemudian ke TPAS Sarimukti.
"Jumlah
mungkin banyak juga hanya saja gak terlihat karena bercampur dengan
sampah domestik rumah tangga biasa. Gak bisa dihitung. Kalau sampah
domestik organik dan anorganik per hari 220 ton yang diangkut ke TPA,"
pungkas Yusep.
Kepala
Bidang Bina Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Dikke
Suseno Isako menyatakan, limbas medis sangat berbahaya bagi lingkungan
dan kesehatan. Untuk itu, limbah B3 tersebut harus dikelola dengan baik.
"Bisa
merusak lingkungan dan menjadi masalah kesehatan. Seperti bisa
menyebabkan penyakit infeksi kulit, infeksi pernafasan, keracunan dan
sebagainya," terang Dikke.
Ia
mengklaim, limbah medis di Kota Cimahi ditangani dengan baik. Dinas
Kesehatan Kota Cimahi sendiri hanya menangani limbah medis dari 13
Puskesmas se-Kota Cimahi. Sementara fasilitas kesehatan lainnya dikelola
masing-masing, namun tetap mendapat pengawasan dari pihaknya.
Sepanjang
tahun 2020, volume limbah medis dari 13 Puskesmas mencapai 5.371,40
kilogram (kg). Rinciannya, Januari 686,04 kg, Februari 347,14 kg, Maret
283,61 kg, April 272,02 kg, Mei 451,44 kg, Juni 376,23 kg, Juli 376,6
kg, Agustus 381,33 kg, September 549,14 kg, Oktober 349,14 kg, November
417,86 kg dan Desember 880,31 kg.
"Sepanjang
tahun 2020 dari Januari sampai Desember total limbah medisnya mencapai
5.371,40 kg. Iya ada peningkatan tapi tidak signifikan, karena limbah
medis APD kan ringan meski besar. Tapi kalau dikilo ringan," ungkap
Dikke.
Dikatakannya,
limbah medis yang terkumpul sepanjang tahun lalu didominasi sisa
penanganan Covid-19. Seperti Alat Pelindung Diri (APD), dari mulai
hazmat, masker dan sebagainya.
Kemudian ada juga bekas alat swab test dan rapid test.
"Sebagian
besar memang medis Covid-19, karena pelayanan sekarang kan pakai APD
untuk menjaga. Jadi masuklah ke golongan limbah Covid-19," jelasnya.
Untuk
mengelola limbah tersebut, pihaknya bekerjasama dengan pihak ketiga
yakni PT Medifes. Dikke memastikan pengelolaan limbah medis di Kota
Cimahi sudah sesuai aturan dan tidak dibuang di sembarang tempat.
Apalagi
pihaknya melakukan pengawasan sampai limbah tersebut hingga benar-benar
dikelola dengan baik oleh pihak ketiga. "Kita kerja sama dengan PT
Medifes untuk mengurus limbah dari Puskesmas. Semua itu dikelola dan
dimusnahkan oleh pihak keitga. Setahun MoU-nya dengan Medifest,"
bebernya