Loading...

Ini Dia 9 Perilaku Orang Tua Pendorong Kebiasaan Buruk pada Anak

Administrator 18 September 2018 28058 kali dilihat
Bagikan:
Ini Dia 9 Perilaku Orang Tua  Pendorong Kebiasaan Buruk pada Anak
Anak adalah amanah Allah Swt. yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, bagaikan sehelai kain putih yang siap diberi corak dan warna. Setiap orang tua tentu menginginkan anak-anaknya kelak mempunyai perilaku yang baik, taat beribadah, menjadi anak kebanggaan, dan berguna untuk orang banyak. 

Peran orang tua sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan anak di masa depan. Sebagai sumber referensi dan cermin perilaku bagi anak, sebaiknya kita mulai membiasakan diri untuk berpikir dahulu sebelum bertindak. Tanpa disadari, beberapa perilaku orang tua bisa menjadi pendorong terbentuknya kebiasaan buruk pada diri anak. Jangan berharap anak menjadi baik kalau kita sendiri belum melakukannya. 

Lantas, perilaku orang tua apa saja yang bisa mendorong terbentuknya kebiasaan buruk pada anak? Berikut beberapa di antaranya.

Ancaman Kosong
Yang dimaksud ancaman kosong adalah menakut-nakuti anak dengan hukuman tapi tidak pernah melakukan hukuman itu. Kebiasaan ini dapat memicu anak melakukan hal yang sama karena merasa hukuman yang diterima hanya sekedar omong kosong. 

Memberi Predikat Buruk
Contohnya, ucapan “Kamu anak nakal, rumah jadi berantakan lagi.” Hal ini akan berdampak buruk secara psikologis. Anak menjadi merasa bodoh, benci pada diri sendiri, minder, dan tidak percaya diri. Jika anak melakukan kesalahan, ajak duduk bersama, tanyakan pemicunya. Jadilah pendengar yang baik, setelah mengajukan pertanyaan dan mendengarkan, lalu carilah solusi bersama-sama.

Hukuman Fisik
Hukuman fisik bukan solusi yang baik untuk kesalahan atau kenakalan anak. Anak yang suka menerima hukuman fisik biasanya lebih sulit menghilangkan kenakalannya karena anak lebih memilih menahan sakit hukuman daripada merubah kebiasaannya.
  
Memaksakan Cita-Cita Orang Tua
Setiap orang tua menginginkan anak-anak lebih sukses dari dirinya sehingga sering memaksakan cita-cita kepada anak. Walaupun tujuannya baik, hal ini dapat menimbulkan tekanan besar terhadap perkembangan psikologis anak yang membuat anak cenderung berbohong. Sebaiknya, serahkan cita-cita kepada anak. Kita hanya mendukung dan berdoa agar anak mampu dalam menggapai harapannya.

Tidak Konsisten
Sikap yang tidak konsisten setelah membuat keputusan akan menumbuhkan rasa tidak percaya kepada aturan yang telah dibuat. Jika hal ini berlanjut, anak akan menjadi seorang yang tidak disiplin. 

Kerap Memegang Gawai 
Ketika Anda sedang bersama anak, sebaiknya simpan gawai. Fokuslah bermain bersama anak. Kerap memegang gawai akan membentuk pola pikir anak bahwa kegiatan bermain di luar rumah bersama teman sebaya bukan hal yang penting. Gawai adalah teman bermain yang menyenangkan.

Membiarkan Kebiasaan Buruk Anak
Sekecil apa pun kebiasaan buruk yang dilakukan anak, orang tua harus segera menghentikanya dengan mengajaknya bicara tanpa merasa dinasihati. Jika dibiarkan, anak akan terbiasa menyepelekan kesalahan-kesalahan kecil.

Membenarkan Kesalahan Anak
Orang tua, terlebih ibu, biasanya lebih menoleransi kesalahan anak dengan segala alasan. Namun, terlalu sering mencari alasan untuk pembenaran dapat mendorong anak menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab. Contohnya adalah anak tidak dibiasakan membereskan mainannya setelah bermain, dengan alasan anak masih kecil. Padahal, pembentukan karakter dimulai sejak usia dini. Tetaplah ingatkan anak untuk membereskan kembali mainannya.

Menyuruh dengan Berteriak
Menyuruh dengan berteriak tidak berarti anak akan menghiraukan. Mungkin anak lebih fokus kepada teriakan daripada perintahnya. Seringnya, teriakan akan merusak hubungan orang tua dengan anak dan membentuk anak berkepribadian sulit diatur. Gunakan kata ajaib agar anak lebih merasa dihargai, yaitu tolong, maaf, dan terima kasih.

Adakah perilaku di atas yang masih kita lakukan? Tidak ada kata terlambat untuk memperbaikinya. Marilah kita hentikan perilaku tersebut dan mulai membiasakan diri berkomunikasi secara positif dan berpikir sebelum bertindak. Dengan begitu, anak merasa lebih nyaman sehingga terbentuk kepribadian anak yang lebih baik. (AH)

image source: https://www.flickr.com/photos/mindaugasdanys/3766009204