Loading...

Filosofi Noken, Tas Unik Tradisional Papua yang Diakui UNESCO

Administrator 14 Oktober 2018 51537 kali dilihat
Bagikan:
Filosofi Noken, Tas Unik Tradisional Papua  yang Diakui UNESCO
Papua adalah tanah Indonesia paling timur dengan segala keunikannya. Tidak hanya makanan, budaya, rumah, dan pakaian adatnya, hasil kerajinannya pun cukup unik. Salah satu hasil kerajinan Papua yang mendunia adalah noken. Apakah noken itu?

Noken adalah tas unik tradisional Papua yang terbuat dari serat kulit kayu, biasanya dari kayu pohon nenduam, pohon nawa, atau anggrek hutan. Dua ratus lima puluh suku di Papua menggunakan noken yang berfungsi untuk membawa barang kebutuhan sehari-hari serta membawa hasil pertanian dan kebun, seperti sayuran, umbi-umbian, dan barang dagangan lainnya ke pasar.  

Sebetulnya, apa yang menjadikan Noken begitu mendunia? Selain bahan pembuatnya yang tidak biasa, yang lebih unik lagi adalah cara membawa tasnya. Kalau biasanya orang menenteng tas di pundak atau dijinjing dengan tangan, tidak demikian dengan noken. Orang Papua membawa tas noken dengan menggunakan kepalanya. Karena keunikannya, pada tanggal 4 Desember 2012, noken ditetapkan sebagai hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia oleh UNESCO. Penetapan ini dilakukan oleh Arley Gill sebagai Ketua Sidang Komite Antar-Pemerintah ke-7 untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda di Markas UNESCO di Paris, Prancis.

Multiguna
Tas noken mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari ukuran kecil sampai  ukuran jumbo yang biasa dipakai oleh “mama-mama” petani dan digunakan pula untuk mengangkat bahan hasil bumi yang cukup berat. Masyarakat Papua menggunakan Noken dengan ukuran besar (yatoo) untuk membawa kayu bakar, barang belanjaan, tanaman hasil panen, bahkan untuk menggendong anak. 

Tas berukuran sedang (gapagoo) digunakan untuk membawa belanjaan dengan jumlah sedang dan tas ukuran kecil (mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi dan sering juga digunakan oleh pelajar maupun mahasiswa. Selain itu, tas Noken diberikan sebagai hadiah bagi yang baru pertama menginjakkan kaki di bumi Papua.

Uniknya, noken dibawa dengan menggunakan dahi atau bagian depan kepala dan mengalungkannya ke arah belakang punggung mereka. Keunikan tas tradisional Papua ini menjadi daya tarik para wisatawan. Oleh para pendatang yang berkunjung ke Papua, tas noken ini biasanya dijadikan  sebagai oleh-oleh dan suvenir untuk keluarganya. 

Filosofi Noken
Di balik keunikannya, noken memiliki filosofi yang tak kalah menarik. Noken merupakan simbol kehidupan yang baik, cinta perdamaian, serta kesuburan bagi masyarakat tanah Papua, terutama mereka yang tinggal di daerah Pegunungan Tengah Papua, seperti suku Yali, suku Lani, suku Damal, dan Bauzi. 

Menariknya, hanya perempuan Papua asli yang boleh membuat tas tradisional ini. Sejak kecil, para perempuan sudah belajar membuat noken. Bahkan, noken merupakan perlambang kedewasaan perempuan. Jika belum pandai membuat noken, seorang perempuan belum dianggap dewasa. Sebaliknya, perempuan Papua yang sudah menguasai cara pembuatan noken dianggap sudah dewasa dan barulah boleh menikah.

Cara Membuat Noken
Cara membuat tas Noken cukup rumit karena menggunakan cara manual. Bahan baku kayu diolah, dikeringkan, dipilah serat-seratnya, lalu dipintal secara manual menjadi benang atau tali. Pewarnaan pada noken dilakukan menggunakan pewarna alami. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat tas kecil mencapai dua sampai tiga minggu, sedangkan tas berukuran besar bisa menghabiskan waktu tiga minggu, bahkan dua sampai tiga bulan.  

Di daerah Sauwadarek, Papua, kita masih dapat menyaksikan proses pembuatan noken secara langsung. Harga tas ini bervariasi antara Rp25.000,00-Rp50.000,00 per buah, tergantung jenis dan ukurannya.

Demikianlah sekilas tentang tas unik tradisional Papua yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya. Kalau suatu saat Anda berkunjung ke Papua, jangan lupa membawa noken sebagai cendera mata. (AH)

image source: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Noken_Indonesia.jpg