Loading...

Cerita dan Sejarah Panjang RS Dustira Kota Cimahi

Adhy Rahadhyan S.I.Kom 11 Februari 2023 15365 kali dilihat
Bagikan:
NotFound

Kota Cimahi ternyata tak hanya dikenal dengan belasan Pusat Pendidikan Militer yang ada di dalamnya, namun ada salah satu bangunan bersejarah yang sampai detik ini masih dipergunakan sebagai Fasilitas Kesehatan Masyarakat, ya Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi, 

Rumah Sakit Dustira merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang sarat akan akan nilai sejarah. Bangunan tersebut berada di Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat.

Berdasarkan kisahnya, RS Dustira mulanya merupakan rumah sakit militer milik pemerintah kolonial Belanda yang selanjutnya difungsikan sebagai tempat perawatan tawanan tentara perang di paruh tahun 1940an.

Dari segi arsitektural, RS Dustira memiliki corak neo klasikal yang estetik dengan jajaran jendela dan gerbang besar yang melengkung layaknya bangunan Eropa di abad pertengahan. Penasaran? dilansir dari berbagai sumber berikut sepenggal kisahnya.

1. Dipersiapkan Sebagai Penunjang Kota Militer

Dilansir dari rsdustira.com, Rumah Sakit Dustira mulanya dipersiapkan untuk menunjang aktivitas tentara Belanda di wilayah Cimahi dan sekitarnya. Saat itu Cimahi yang tengah dipersiapkan sebagai kota militer membutuhkan infrastruktur kesehatan yang mumpuni.

Selain itu, pendiriannya juga dijalankan sebagai penunjang pengamanan, di mana ketika itu Gubernur Jenderal berniat memindahkan ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung.

Pembangunan Militare Hospital sendiri selesai pada tahun 1887. Ia berdiri di lahan seluas 14 hektare yang saat ini bisa diakses dengan kendaraan umum (angkot Stasiun Hall – Cimahi), kurang lebih 20 km ke arah barat, dari Kota Bandung, Jawa Barat.

2. Sempat Dikuasai NICA hingga Diserahkan ke Tentara Indonesia

Saat perang pasca kemerdekaan, RS ini sempat dikuasai oleh NICA pada 1945-1947 hingga diserahkan oleh militer Belanda ke Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diwakili oleh Letkol Dokter Kornel Singawinata, sebagai kepala rumah sakit yang saat itu bernama Territorium III.

Berjalan beberapa waktu, Panglima Territorium III/Siliwangi, Kolonel Kawilarang, menetapkan nama rumah sakit ini dengan nama Rumah sakit Dustira. Momen tersebut bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun Territorium III/Siliwangi yang ke-10, di tanggal 19 Mei 1956.

Diubahnya nama menjadi Dustira merupakan bentuk penghormatan TNI terhadap jasa-jasa Mayor dr. Dustira Prawiraamidjaya yang merupakan dokter tentara dari Resimen 9 Divisi Siliwangi dan telah menunjukkan itikad dan patriotismenya membantu para pejuang di medan peperangan.

Mayor Dustira memberikan pertolongan kepada para korban peperangan terutama di wilayah atau front Padalarang.

Saat ini Dustira dikenal sebagai rumah sakit kebanggaan prajurit di wilayah Kodam III Siliwangi. Fungsinya pun masih dipertahankan sebagai fasilitas kesehatan rujukan tertinggi, karena mampu mengupayakan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif terpadu.

Pasien yang dirawat pun kini beragam, tak hanya dari kalangan militer, tetapi juga masyarakat sipil.