Loading...

Urbanisasi Pasca Hari Raya, Berkah Atau Potensi Dinamika Sosial Baru?

Adhy Rahadhyan S.I.Kom 26 April 2023 4156 kali dilihat
Bagikan:
NotFound
Mudik adalah akronim dari bahasa Jawa Mulih Dhisik, atau dalam bahasa Indonesia berarti pulang dulu. Merupakan suatu tradisi yang sudah biasa terjadi saat momen-momen perayaan hari besar keagamaan di Indonesia.

Mudik menjadi salah satu fenomena sosial budaya yang sudah ada sejak puluhan tahun silam.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan zaman, mudik selalu diiringi dengan fenomena urbanisasi.

Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota ataupun sebaliknya dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Dalam dinamika sosial dan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi urbanisasi memang dapat menjadi magnet dan daya dorong bagi suatu wilayah untuk meningkatkan perekonomiannya, namun di satu sisi urbanisasi juga dapat menjadi masalah sosial baru apabila pemerintah kurang maksimal dalam mengatasi fenomena ini.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya urbanisasi massal masyarakat diantaranya ialah adanya faktor penarik, yakni sebagian penduduk desa menganggap bahwa kota memiliki banyak pekerjaan dan mudah mendapatkan penghasilan, kota dianggap memiliki fasilitas yang lengkap terutama di bidang pendidikan rekreasi dan kesehatan, serta kota dianggap sebagai tempat untuk menggantungkan keahlian dan memiliki tingkat upah yang lebih tinggi.

Faktor-faktor tersebut memang benar adanya namun di satu sisi pemerintah dan masyarakat harus dapat memperhitungkan dampak dari masifnya perpindahan penduduk dari wilayah pedesaan menuju perkotaan. Salah satunya adalah memiliki kompetensi atau keahlian yang dapat menjadi nilai jual bagi para perantau.

Daerah megapolitan Bandung raya, (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat) menjadi salah satu daerah dengan tingkat tujuan urbanisasi yang tinggi di Provinsi Jawa Barat

Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk di Kota Cimahi saja pada tahun 2021 telah mencapai 571.000 jiwa.

Dengan pesatnya urbanisasi pasca idul Fitri tentunya akan menjadi suatu keuntungan bagi kota tujuan para perantau, apabila warga masyarakat tersebut memiliki keahlian, sehingga dapat membantu pembangunan sumber daya dan perputaran ekonomi di perkotaan.

Namun di balik fenomena tahunan yang sudah  lazim terjadi ini terdapat tantangan bagi masyarakat pendatang  itu sendiri yakni keharusan untuk meningkatkan skill dan kompetensi agar dapat bersaing secara sehat untuk Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang lebih baik.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak.

Di satu sisi pemerintah sebagai pemangku kebijakan baik di tingkat pusat ataupun daerah tentunya harus terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh warga masyarakatnya agar pembangunan di Kota Cimahi khususnya dapat terlaksana dengan se-optimal mungkin.

Dengan Semakin Padatnya Wilayah Perkotaan dan melonjaknya Jumlah Penduduk tentunya juga menjadi tantangan bagi Pemerintah Pusat untuk terus melakukan pemerataan pembangunan agar peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan hingga pelosok desa.