Loading...

Diversifikasi Pangan untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan pada Masa Pandemi

Bambang S. 28 Januari 2021 3025 kali dilihat
Bagikan:
Diversifikasi Pangan untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan pada Masa Pandemi

Cimahi, Pangan merupakan kebutuhan paling dasar bagi manusia Jika ada sebagian warga yang menghadapi masalah pangan, dikhawatirkan tak hanya mengganggu pembangunan sumber daya manusia, tapi juga berimplikasi negatif pada pembangunan ekonomi, sosial, hukum, bahkan ketahanan negara;

 

Upaya pemenuhan kebutuhan pangan diamanatkan dalam UU nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, dimana di dalamnya telah dinyatakan bahwa ketahanan pangan diartikan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tecermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

 

Menyadari pentingnya ketahanan pangan nasional, pemerintah pusat telah meminta jajaran pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk memperhatikan ketersediaan pangan di daerah sehingga tidak ada yang kekurangan pangan;

 

Dalam membangun ketahanan pangan nasional, memang terlebih dahulu harus diperkuat ketahanan pangan di daerah. Memperhatikan apa yang diamanatkan dalam undang-undang, untuk membangun dan memperkokoh ketahanan pangan nasional, perlu sinergitas yang kuat dari berbagai kepentingan, termasuk pimpinan daerah yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan pangan warganya.

 

Dalam konteks Kota Cimahi, sebagai sebuah kota yang berpenduduk sangat padat dengan luas wilayah yang relatif sempit, cimahi memiliki tugas yang cukup berat untuk membangun ketahanan pangan di wilayahnya. Perlu juga dicermati manakala pandemi COVID-19 dewasa ini telah mengubah seluruh tatanan kehidupan masyarakat, salah satu sektor yang justru bisa bertahan adalah pertanian karena sektor ini merupakan salah satu pendukung utama untuk memenuhi kebutuhan pangan. Alhamdulillah, kondisi ketahanan pangan di Kota Cimahi sendiri pada masa pandemi ini cukup stabil. Akan tetapi, perlu dicermati bahwa kedepannya penganekaragaman konsumsi pangan harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi risiko berbagai macam penyakit akibat mengkonsumsi bahan pangan sumber karbohidrat yang monoton, seperti beras.

 

Atas dasar itulah, Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Pangan dan Pertanian menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Diversifikasi Pangan Dengan Olahan Abon Cabe yang dilaksanakan pada tanggal 24 November 2020 di Cimahi. Kegiatan itu diikuti oleh Komunitas Wanita Tani se-Kota Cimahi yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT) Sumringah Kelurahan Cipageran, KWT Rahayu Kelurahan Pasirkaliki, KWT Taman Kartika Kelurahan Karang Mekar, KWT Barokah Kelurahan Leuwigajah dan KWT ATM Hijau Kelurahan Citeureup. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat mampu meningkatkan sinergi dalam upaya membangun ketahanan pangan melalui pengolahan produk pertanian ditengah kondisi keterbatasan lahan pertanian yang ada di Kota Cimahi dan khususnya memberi solusi masalah ketahanan pangan selama masa pandemic COVID-19 sekarang ini.

Seperti diceritakan Twindy yang berprofesi sebagai dokter dalam Dialog Produktif dengan tema ‘Vaksin Sebagai Perencanaan Preventif Kesehatan’ yang diselenggarakan di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (23/11/2020), menurutnya, ada banyak sekali gejala yang dapat timbul ketika terinfeksi virus Corona. Karena itu penting untuk selalu memperhatikan perubahan yang terjadi pada tubuh. “Saya sempat dirawat di rumah sakit selama dua minggu dan lanjut isolasi mandiri dua minggu lagi. Baru kemudian dinyatakan sembuh dan bisa kembali bekerja,” jelasnya.

Diceritakan Twindy, selama proses recovery, indera perasa dan penciuman pelan-pelan berangsur pulih setelah empat atau lima hari dia kehilangan dua kemampuan indra tersebut. “Mengatur pola makan dengan asupan makanan tinggi kalori, tinggi protein sebagai usaha meningkatkan imunitas,” ujarnya menjelaskan treatment yang dilakukan sepanjang proses pemulihan.

Dari pengalaman di atas perlu ada perluasan menu makanan sehari-hari di kalangan masyarakat agar lebih beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mendukung percepatan diversifikasi konsumsi pangan di Kota Cimahi dan juga sebagai upaya meningkatkan imunitas dalam mencegah penularan COVID-19.

 

Seperti kita ketahui, lahan pertanian yang tersisa di Kota Cimahi memang sempit, namun jika setiap jengkal tanah dapat dimanfaatkan secara optimal untuk budidaya tanaman yang produktif seperti tanaman cabe yang menjadi fokus kegiatan pelatihan pada hari ini, maka insya allah ketahanan pangan di Cimahi semakin meningkat dan sekaligus akan mengurangi pengeluaran/belanja keluarga, bahkan bukan tidak mungkin dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan juga dapat sebagai solusi menanggulangi dampat perekonomian masyarakat yang menurun akibat pandemi COVID-19.

 

Dan khusus kepada segenap unsur KWT yang menjadi peserta pelatihan ini, Wali Kota Cimahi  juga menghimbau kepada ibu-ibu sekalian agar dapat terus menumbuhkan pemahaman di tengah masyarakat akan pentingnya penyediaan pangan secara mandiri di rumah-rumah, terlebih dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini.

 

Terakhir upaya dari  Dispangtan Kota Cimahi, di tengah keterbatasan lahan yang dimiliki oleh Kota Cimahi, tentunya perlu dipikirkan sistem pertanian baru yang lebih efektif. Saat ini, dikenal adanya sistem pertanian hidroponik, yaitu pola budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilless sehingga bisa menjadi solusi bagi daerah yang memiliki lahan pertanian tidak terlalu luas.

 

Semua ini bisa dan perlu dikembangkan di Kota Cimahi, dimana hal ini juga selaras dengan undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan yang pada dasarnya menekankan tentang perlunya program ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan yang didukung dengan adanya input sumber daya alam, kelembagaan, budaya, permodalan dan teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan;