Sejarah kelam dalam sistem pengelolaan sampah Indonesia
pernah terjadi belasan tahun silam. Tragedi memilukan terjadi di Bulan Februari
tahun 2005 silam, tepatnya hari Senin tanggal 21 Februari 2005 dini hari pukul
02.00 WIB longsoran sampah yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah meluluhlantakkan dua kampung, yakni Kampung Cilimus
Batujajar Timur Kabupaten Bandung dan Kampung Pojok Cireundeu Kota Cimahi, hingga
sebanyak 143 rumah rata dengan tanah serta menewaskan 157 jiwa.
Peristiwa nahas tersebut terjadi akibat curah hujan yang
tinggi yang menyebabkan beban dari timbunan sampah menjadi lebih berat dan
ledakan gas metan (CH4) pada tumpukan sampah. Menurut Sumardjito
Budiharjo Abdulmajid, mantan Kepala Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup Kota
Bandung, hujan yang terjadi secara terus menerus selain menyebabkan beban
sampah menjadi lebih berat juga mengakibatkan air menumpuk di dasar tumpukan
sampah dan membuatnya menjadi lebih licin.
Sesaat sebelum longsor terjadi, saksi mata pada kejadian
tersebut mendengar suara ledakan yang keras disertai dengan api yang membumbung
tinggi. Ledakan tersebut berasal dari penumpukan gas metan di dalam tumpukan
sampah. Ledakan gas metan membuat longsoran sampah semakin besar dan dengan
cepat melumat apapun yang ada di hadapannya.
Dilatar belakangi oleh peristiwa meledak dan longsornya TPA
Leuwigajah di Kota Cimahi yang
terjadi pada tanggal 21 Februari Tahun 2005,maka
untuk mengenang, sekaligus menjadi peringatan untuk
lebih peduli pada pengelolaan sampah, Pemerintah menetapkan tanggal 21 Februari
setiap tahunnya sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).
Peringatan Hari
Peduli Sampah Nasional ini mengajak semua pihak baik pemerintah, sektor swasta, masyarakat peduli
dan bertanggungjawab akan sampah yang dihasilkan. Dengan ditetapkannya 21 Februari sebagai Hari Peduli Sampah
Nasional diharapkan seluruh masyarakat Indonesia akan lebih peduli dan
berkontribusi pada pengelolaan sampah sehingga tragedi TPA Leuwigajah tidak
terulang kembali karena permasalahan
sampah adalah masalah bersama, mulai dari tingkat keluarga, masyarakat, dunia
usaha, akademisi, peneliti hingga pemerintah. Semua elemen masyarakat harus
berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan sampah. Dimulai dari kesadaran
pribadi untuk bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan masing-masing.
Sejak terjadinya Tragedi Leuwigajah, Pemerintah Daerah Kota
Cimahi fokus pada pengelolaan sampah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
Pemkot Cimahi untuk mencegah terjadinya kembali tragedi tersebut mulai dari
upaya pengurangan sampah melalui pengolahan sampah menjadi kompos, pakan
maggot, hingga pembangunan bank sampah cimahi (BANK SAMICI). Namun hal tersebut dirasa belumlah cukup
mengingat tingginya volume sampah yang
dihasilkan masyarakat, mencapai ± 275,45 ton per hari, sedangkan kapasitas angkut ke TPA Sarimukti hanya ± 165,2 ton, ditambah kapasitas TPA Sarimukti yang sudah Overload, meskipun ijin penggunaan TPA diperpanjang sampai Tahun
2023 dan
direncanakan beralih ke TPA Legok Nangka, akan tetapi jarak tempuh dan medan
menuju TPA lebih berat, membutuhkan kendaraan operasional dengan kondisi baik
dan Kebutuhan anggaran operasional
pengangkutan sampah ke TPA Legok Nangka yang bertambah 3x lipat lebih besar dari TPA
Sarimukti.
Berdasarkan
kondisi tersebut diatas, Hari Peduli Sampah
Nasional bagi Kota
Cimahi tidak sekedar menjadi kegiatan seremoni saja,
lebih dari itu Pemkot Cimahi menjadikan momen tersebut untuk terus membenahi
sistem pengelolaan sampah melalui inovasi-inovasi yang dapat dilakukan. Di
tahun 2023, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi menggelar rangkaian
kegiatan peringatan HPSN. Rangkaian acara dimulai dari apel pagi yang
dirangkaikan dengan simbolis penyerahan sertifikat Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER) kepada delapan perusahaan, pemberian kode QRIS Retribusi
Persampahan, bantuan sembako kepada tenaga kebersihan dan supir sampah, serta
simbolis pemberian motor sampah kepada RW 7 Kelurahan Melong. Sedangkan acara
puncak adalah Pelatihan Kader RW Gerakan Orang Cimahi Pilah Sampah (GRAK
OMPIMPAH) dan talk show mengenai pengelolaan sampah bekerja sama dengan Apindo.
Pembukaan Pelatihan Kader RW GRAK OMPIMPAH diselenggarakan di
Gedung Technopark Kota Cimahi, pada Senin (20/02) dengan dihadiri oleh Asisten
Pemerintahan dan Kesra Setda Kota Cimahi,beberapa Kepala OPD, Camat dan Lurah
lingkup Kota Cimahi, serta Kader Pilah Sampah sebanyak 1.248 orang peserta yang
berasal dari seluruh kelurahan Kota Cimahi.
Rangkaian acara peringatan HPSN tingkat Kota Cimahi tahun
2023 sesuai dengan tema penyelenggaraan HPSN 2023, “Tuntas Kelola Sampah untuk
Kesejahteraan Masyarakat” dan sejalan dengan Surat Edaran Menteri Lingkungan
Hidup , kegiatan berfokus pada pengelolaan sampah yang dapat memberikan
kontribusi nyata dalam upaya mencapai target zero emisi yang
dilaksanakan melalui bulan peduli sampah nasional selama bulan februari melalui
ragam kegiatan peduli sampah tingkat nasional dan daerah yang dilaksanakan oleh
pemerintah, dunia usaha dan elemen masyarakat.
“Perubahan paradigma masyarakat terhadap sampah merupakan hal
yang krusial dalam pelaksanaan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan,” tutur Pj. Wali Kota Cimahi, Dikdik S. Nurgahawan takkala
membuka acara.
Untuk itu ia mengungkapkan fokus kegiatan Pemerintah Daerah
Kota Cimahi untuk HPSN tahun 2023 adalah dengan membangun partisipasi
masyarakat melalui pilah dan olah sampah dari rumah sebagai upaya mengurangi
timbulan sampah ke TPA dengan program GRAK OMPIMPAH melalui pelatihan Kader
Pilah Sampah dari setiap RW di Kota Cimahi yang akan mengedukasi, mengajak dan
mengingatkan masyarakat Kota Cimahi untuk memilah sampah dari rumah.
Dalam pelaksanaan pilih pilah sampah, masyarakat harus
melihat sampah bukan sebagai suatu masalah, tetapi sebagai sesuatu yang bisa
diolah menjadi material atau sumber daya yang bermanfaat, dan untuk dapat
berdampak maka kegiatan ini membutuhkan partisipasi dari seluruh lapisan
masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.
Program GRAK OMPIMPAH merupakan
satu upaya membangun perubahan budaya dan perilaku masyarakat serta untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pemilahan sampah dari sumber. Dengan pemilahan sampah dari sumber, dapat memudahkan
pengolahan sampah selanjutnya. Sampah yang masuk ke TPA nantinya diharapkan hanya sampah
residu yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.
Mengacu pada prinsip pemanfaatan kembali sampah atau yang
biasa dikenal dengan nama 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) yang
dilakukan melalui upaya-upaya yang cerdas, efisien dan terprogram, maka
pengelolaan sampah dapat lebih efisien. Namun dalam perjalanannya, program 3R
masih menghadapi kendala utama, yakni kesadaran masyarakat yang masih rendah
untuk memilah sampah.
Dengan dilaksanakannya program GRAK OMPIMPAH ini diharapkan
akan membantu Pemerintah Daerah Kota Cimahi dalam mengurangi timbulan sampah ke
TPA melalui pilah sampah dari rumah dan menjadikan sebuah kebiasaan baik di
masyarakat dalam mengatasi sampah.
“Saya mengajak seluruh pihak dapat turut serta untuk
mensukseskan program pilah sampah ini, serta sosialisasi dan edukasi tentang
pemilahan harus disebarluaskan kepada seluruh lapisan masyarakat yang akan
dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dibantu oleh 1248 kader RW GRAK OMPIMPAH”
Kegiatan ini akan dilaksanakan selama dua hari dan dibagi
menjadi tiga sesi. Para kader dari tiap RW di Kota Cimahi akan dilatih tata
cara Door to Door Education (DTDE) dan Door to Door Collection
(DTDC) dimana dalam pelaksanaannya para kader diharapkan mampu mengedukasi
masyarakat di kawasannya untuk memilah sampah.
Paradigma lama pengelolaan sampah skala kota, yang hanya
bertumpu pada upaya penanganan di hilir dengan cara kumpul, angkut, buang harus
secepatnya diubah menjadi pengelolaan sampah skala kawasan dengan penekanan
kepada upaya pemilahan dan pengurangan timbunan sampah di hulu.
Kegiatan pilih sampah ini selain dapat mengurangi beban TPA,
juga dapat bernilai ekonomi bagi masyarakat. Dengan menerapkan prinsip 3R,
masyarakat dapat memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi
sehingga dapat menggerakan roda perekonomian masyarakat. Dengan adanya
partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat diharapkan pengelolaan sampah di
Kota Cimahi akan menjadi lebih baik, roda perekonomian masyarakat meningkat
sehingga dapat mengubah sampah menjadi berkah.