Mainan lasy mungkin belum terlalu familiar di telinga kita, ya. Mainan ini memang tidak sepopuler lego atau balok kayu. Stigma mainan mahal yang menempel pada jenis mainan ini membuat lasy hanya dikenal sebagian kecil anak-anak.
Lasy memiliki fungsi yang sama dengan lego dan balok kayu. Bedanya, lasy merupakan alat peraga yang bersifat interlocking. Maksudnya, semua komponen dari mainan lasy dapat terhubung sempurna dan membentuk ratusan bentuk baru. Bentuk-bentuk ini berupa bentuk 3 dimensi yang utuh dan konstruktif.
Lasy berasal dari Jerman, diciptakan oleh Peter Lawrs tahun 1971. Lasy terbuat dari bahan ABS resin, yaitu jenis bahan plastik yang kuat, tahan api, dan tangguh. Biasanya, bahan ini dipakai pada peralatan elektronik dan otomotif.
Lasy diproduksi oleh perusahaan Lasy Gmbh, Jerman. Mainan ini ada yang berbentuk seperti huruf H, A, balok kotak, balok silinder, roda, dan papan berlubang. Warnanya yang cerah dan mencolok membuat mainan ini menarik bagi anak-anak.
Mainan dari Jerman ini sengaja diciptakan sebagai penyempurna mainan sejenis sebelumnya. Lasy memang dimaksudkan untuk menstimulus otak kanan. Selain itu, lasy juga bisa membantu perkembangan motorik halus.
Otak kanan berhubungan erat dengan kreativitas. Pada anak-anak, kreativitas akan terus berkembang hingga usia 12 tahun dan berpengaruh dalam hidupnya hingga usia 70 tahun. Lasy membantu secara maksimal proses stimulasi daya imajinasi dan daya cipta pada anak.
Mainan ini sudah teruji kualitasnya dalam membuat anak menjadi lebih kreatif. Sejumlah penghargaan dari beberapa lembaga pemerhati anak disematkan pada lasy sebagai bukti konkret bahwa lasy merupaka mainan berfaedah. Beberapa lembaga tersebut di antaranya adalah perkumpulan para pakar psikolog Jerman, Spiel Gut, Canadian Toy Testing Council, Japanese Research Institute on Children Behavior.
Bahkan, Malaysia juga memasukkannya ke dalam kurikulum resmi pendidikan. Di Indonesia, mainan ini sebenarnya sudah disahkan sebagai alat peraga di tingkat PAUD dan TK dengan SK no 07/C/kep/lk/97. Namun, kembali lagi, dikarenakan harganya yang tidak murah, banyak lembaga pendidikan usia dini di negara kita belum mampu dalam proses pengadaannya.
Lasy memiliki beberapa kelebihan dan keunggulan yang dapat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Berikut adalah ulasannya.
Melatih Kecerdasan Kognitif
Kecerdasan kognitif adalah kecerdasan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Anak-anak belajar tentang konsep dasar saat bermain lasy. Terdapat konsep warna, bentuk, jumlah, dan sebab-akibat dalam permainan ini. Sambil menyusun komponen-komponen lasy, anak belajar mengenal konsep dasar berbagai hal.
Ketika bermain lasy, anak juga belajar tentang konsep sebab-akibat. Komponen-komponen lasy yang disambungkan akan menjadi bentuk-bentuk baru. Satu bentuk yang disambung dengan cara berbeda akan mengakibatkan bentuknya berubah lagi.
Melatih Problem Solving
Kemampuan mencari jalan keluar dan memecahkan sebuah masalah merupakan salah satu skill yang sangat penting dimiliki oleh anak. Kemampuan ini sangat dibutuhkan hingga anak beranjak dewasa. Dengan menstimulasinya sejak dini, anak akan terbiasa mandiri mengatasi berbagai permasalahannya.
Ini adalah inti dari pendidikan. Mempersiapkan anak menjadi pribadi yang mampu mengatasi dan memecahkan masalahannya sendiri. Anak yang terbiasa menghadapi dan menyelesaikan masalahnya sendiri, mempunyai kepribadian yang tangguh dan tahan banting.
Berani Mencoba
Keberanian mencoba hal baru juga dapat dipupuk melalui permainan ini. Lasy menuntut anak berkreasi menyusun komponen-komponen menjadi bentuk-bentuk baru. Meskipun ada buku panduan, tetap saja, anak akan tertantang mencoba membuat kreasi baru.
Melalui permainan, anak akan belajar banyak hal. Demikian juga dengan lasy, anak akan belajar banyak hal baru sembari menyusun komponen-komponen lasy menjadi bentuk 3 dimensi yang menarik. Pendidikan di Indonesia masih menekankan pada perkembangan otak kiri. Kita bisa menggunakan lasy sebagai penyeimbang agar otak kanan juga bisa berkembang. (AH)
image source: https://renaldybrada.wordpress.com/2013/08/16/lasy-the-old-funny-game/