Pernahkah Anda mendengar istilah ini? Mommy shaming merupakan sebutan bagi upaya memalukan ibu lain, membuatnya merasa bersalah, dan merasa yang dilakukan terhadap anaknya tidak benar.
Mommy shaming bentuknya bermacam-macam. Mulai dari mengomentari cara seorang ibu menggendong, menyuapi anaknya, cara ibu menyusui, hingga yang sederhana, misalnya pilihan sepatu atau pakaian untuk anaknya.
Pelaku mommy shaming bisa dibedakan menjadi dua. Mereka yang dengan sengaja melakukan mommy shaming dan mereka yang berniat baik ingin memberi masukan, tetapi ternyata melukai perasaan ibu yang dikritik. Bisa jadi, mommy shaming dilakukan orang lain di media sosial, padahal Anda tidak mengenalnya sama sekali. Mungkin orang tersebut ingin merespons foto yang Anda unggah bersama buah hati. Niat mereka baik, yaitu untuk memberi masukan, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Anda pun tersinggung dan membalas respons tersebut dengan emosi.
Agar tidak lagi menjadi korban mommy shaming, ada 6 hal yang wajib Anda praktikkan, yaitu:
Membangun Percaya Diri
Sebagai seorang ibu baru, Anda rentan menjadi sasaran mommy shaming. Mungkin, mommy shaming tidak dilakukan oleh orang lain di media sosial saja, tetapi juga oleh para tetangga yang Anda kenal. Belum lagi komentar nyinyir keluarga terdekat yang menganggap cara merawat anak dan gaya pengasuhan Anda tidak tepat. Dalam hal ini, Anda perlu membangun rasa percaya diri. Setiap ibu secara naluri akan dapat menjadi ibu yang baik bagi buah hatinya. Anda berhak menenteramkan diri dan yakin bisa merawat dan mengasuh bayi dengan cara yang terbaik.
Membekali Diri dengan Ilmu
Menintrospeksi kekurangan diri adalah bijaksana. Cari informasi secara daring atau luring. Seperti pepatah filsuf Inggris Francis Bacon, “knowledge is power.” Pengetahuan dapat memberdayakan seseorang untuk mencapai keberhasilan. Dengan aktif menambah wawasan dari sumber-sumber terpercaya, seperti buku, seminar kesehatan anak dan pengasuhan, serta diskusi dengan para ahlinya, ibu baru akan lebih mantap dan percaya diri menghadapi mommy shaming dari lingkungan sekitar.
Sharing atau Berbagi
Berbagilah dengan suami tentang kondisi anak dan tumbuh kembangnya. Peran ayah sangat membantu sekali dalam memberi dukungan moril kepada ibu baru. Bisa juga Anda berbagi dengan teman-teman yang diyakini berkompeten di bidangnya untuk memberikan saran yang dibutuhkan.
Mengelola Emosi
Jika sedang dilanda mommy shaming, bisa terjadi Anda akan merasa emosi saat sedang menyusui atau berinteraksi dengan anak. Anda jadi mudah berteriak atau memukul. Mommy shaming dapat merusak kondisi psikologis ibu, terlebih jika sasarannya ibu muda yang belum berpengalaman memiliki anak sebelumnya. Anda perlu waktu belajar dengan trial and error. Akibat dicemooh dan digosipkan, seorang ibu bisa merasa rendah diri, cemas, dan merasa benar-benar salah dalam mengasuh dan merawat anaknya. Para ibu harus pandai mengelola emosi dan pikirannya sendiri.
Berpikir Positif
Masukan dan saran dari orang lain memang baik kita perhatikan, tetapi bukan berarti semuanya ditelan begitu saja. Sebagai seorang ibu yang cerdas, Anda dapat menyelidiki kebenaran dan kesesuaian komentar tersebut dengan kondisi sendiri. Ingat, kondisi setiap ibu dan anak berbeda-beda. Jadi, masukan dari orang lain belum tentu sesuai dengan kondisi yang Anda hadapi secara nyata.
Bila ternyata masukan dari pelaku mom-shaming bertentangan dengan kondisi diri, tentu Anda boleh mengabaikannya. Kalaupun Anda menanggapi, tujuannya bukan untuk mencela balik atau membela diri, melainkan memberikan pengetahuan tambahan bagi pelaku mom-shaming. Tidak perlu merasa bersalah atau tertekan terhadap komentar negatif orang lain karena Anda sendiri yang paling tahu kondisi yang dihadapi.
Menjadi ibu adalah pekerjaan paling berat yang pernah ada. Tidak perlu lagi saling menjatuhkan, entah itu di media sosial, di taman bermain, di supermarket, di area sekolah, atau di mana pun kita biasa bertemu dengan ibu lain dan anak-anaknya. Beberapa faktor yang membuat seorang ibu menjadi pelaku mommy shaming adalah merasa bosan, marah, cemburu, repot, terlalu letih, kehilangan jati diri, dan haus pengakuan.
Mommy shaming harus segera dihentikan karena tidak hanya merusak diri seorang ibu, tetapi juga bonding ibu-anak dan relasinya dengan pasangan. Belajar soal mommy shaming akan menghindarkan Anda sendiri sebagai mommy shamers atau pelaku mommy shaming terhadap ibu lain. (AH)
image source: https://mommyasia.id/2872