Aktivitas yang sibuk, pekerjaan yang padat, berbagai aktivitas lainnya berurusan dengan urusan dunia yang lainnya, sering kali kita melupakan kebiasaan baik orang-orang saleh, yaitu silaturahmi dan mengunjungi saudara-saudara kita yang jauh. Era digital memudahkan komunikasi melalui alat gadget canggih seperti saat ini, tetapi kita seringkali lupa bahwa esensi bertemu dengan saudara kita jauh lebih baik dari sekedar melakukan komunikasi melalui alat gadget yang biasa kita gunaklan saat ini. Padahal, mengunjungi saudara adalah wujud cinta dan kasih yang sejatinya tidak boleh kita lupakan dengan alasan apa pun. Hanya dengan saudaralah kita berbagi dalam suka dan duka mengarungi kehidupan.
Namun, pada kenyataannya kebiasaan baik tersebut yang bernilai ibadah ini sudah mulai kita lupakan. Canggihnya teknologi, tidak serta merta bisa menggantikan nikmat bathin karena bisa bertatap muka, bercengkerama secara langsung dengan saudara yang rumahnya jauh. Ada perbedaan rasa secara psikologis yang cukup kontras. Itulah yang dikatakan bahwa menjalin cinta kasih dengan saudara yang jauh adalah sebuah kegiatan yang paling diridhoi oleh Allah SWT.
Pertanyaanya, mengapa kita seringkali enggan atau malas untuk menjalin persaudaraan, baik saudara kandung ataupun saudara seakidah hanya karena terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan? Sesungguhnya Allah menyayangi manusia yang saling mencintai karena Allah Swt.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, ada seorang laki-laki berangkat mengunjungi saudaranya di suatu perkampungan yang jaraknya cukup jauh dari kampung halaman laki-laki tersebut. Perjalanan itu harus dilaluinya dengan melewati perbukitan yang sangat terjal, gurun pasir yang sangat terik, dan jalan yang berat untuk dilewati. Sungguh Allah Swt Maha Baik, Dia menurunkan seorang malaikat yang menyerupai manusia untuk menemani perjalan si laki-laki itu. Ketika hampir sampai di gerbang kampung yang dituju, malaikat utusan Allah itu bertanya, "Wahai saudaraku, hendak ke manakah engkau?" Laki-laki itu menjawab, "Sesungguhnya aku hendak mengunjungi saudaraku di kampung ini." Malaikat itu bertanya, "Adakah karena utang budi sehingga engkau jauh-jauh rela datang mengunjungi saudaramu tersebut?" Laki-laki itu menjawab, "Tidak. Bukan karena utang budi, bukan juga karena sesuatu hal. Hanya saja aku mencintainya karena Allah Swt."
Akhirnya malaikat yang berwujud manusia itu pun membuka jati diri yang sebenarnya seraya berkata, "Sesungguhnya aku adalah malaikat utusan Allah yang Maha Penyayang untuk mengatakan kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu karena cinta tulusmu kepada saudara seimanmu." Sejatinya Allah tidak mungkin meninggalkan manusia yang gemar menebar kebaikan dengan rajin saling mengunjungi dan menjalin persaudaraan.
Allah Swt sangat senang dengan orang-orang yang saling mencintai dengan ikhlas dan cinta sejati. Bukan cinta yang dilandasi kepentingan dan tujuan-tujuan yang menyimpang dari aturan Allah. Sahabat Muadz ibn Jabal mengatakan pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Allah berfirman, Wajib kecintaan-Ku terhadap orang-orang yang mencintai karena Aku, orang-orang yang bergaul karena Aku, dan orang-orang yang berkorban karena Aku."
Oleh karena itu, hikmah yang dapat diambil pelajaran dari pemaparan di atas, mari kita wujudkan rasa cinta dan kasih sayang kepada saudara kita dengan rajin saling mengunjungi dan menjalin persaudaraan agar keberkahan hidup kita turun dari langit. Karena di dalam sebuah rumah yang senantiasa ramai oleh ajang silaturahim akan terkumpul energi yang positif untuk semangat beribadah dan meraih hakikat cinta Allah Swt yang sejati. Pada akhirnya, Allah Swt tidak akan segan menuntun kita untuk tetap istiqamah di dalam kebaikan menuju surga- Nya. Aamiinn. (AH)
image source: http://cdn2.tstatic.net/banjarmasin/foto/bank/images/silaturahmi-nih_20151207_111830.jpg