Loading...

Tuntas Kelola Sampah Untuk Kesejahteraan Masyarakat Cimahi

Adhy Rahadhyan S.I.Kom 22 Februari 2023 2665 kali dilihat
Bagikan:
NotFound

Sejarah kelam dalam sistem pengelolaan sampah Indonesia pernah terjadi belasan tahun silam. Tragedi memilukan terjadi di Bulan Februari tahun 2005 silam, tepatnya hari Senin tanggal 21 Februari 2005 dini hari pukul 02.00 WIB longsoran sampah yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah meluluhlantakkan dua kampung, yakni Kampung Cilimus Batujajar Timur Kabupaten Bandung dan Kampung Pojok Cireundeu Kota Cimahi, hingga sebanyak 143 rumah rata dengan tanah serta menewaskan 157 jiwa.

Peristiwa nahas tersebut terjadi akibat curah hujan yang tinggi yang menyebabkan beban dari timbunan sampah menjadi lebih berat dan ledakan gas metan (CH4) pada tumpukan sampah. Menurut Sumardjito Budiharjo Abdulmajid, mantan Kepala Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup Kota Bandung, hujan yang terjadi secara terus menerus selain menyebabkan beban sampah menjadi lebih berat juga mengakibatkan air menumpuk di dasar tumpukan sampah dan membuatnya menjadi lebih licin.

Sesaat sebelum longsor terjadi, saksi mata pada kejadian tersebut mendengar suara ledakan yang keras disertai dengan api yang membumbung tinggi. Ledakan tersebut berasal dari penumpukan gas metan di dalam tumpukan sampah. Ledakan gas metan membuat longsoran sampah semakin besar dan dengan cepat melumat apapun yang ada di hadapannya.

Dilatar belakangi oleh peristiwa meledak dan longsornya TPA Leuwigajah di Kota Cimahi yang terjadi pada tanggal 21 Februari Tahun 2005,maka untuk mengenang, sekaligus menjadi peringatan untuk lebih peduli pada pengelolaan sampah, Pemerintah menetapkan tanggal 21 Februari setiap tahunnya sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).

Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional  ini mengajak semua pihak baik pemerintah, sektor swasta, masyarakat peduli dan bertanggungjawab akan sampah yang dihasilkan. Dengan ditetapkannya 21 Februari sebagai Hari Peduli Sampah Nasional diharapkan seluruh masyarakat Indonesia akan lebih peduli dan berkontribusi pada pengelolaan sampah sehingga tragedi TPA Leuwigajah tidak terulang kembali karena permasalahan sampah adalah masalah bersama, mulai dari tingkat keluarga, masyarakat, dunia usaha, akademisi, peneliti hingga pemerintah. Semua elemen masyarakat harus berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan sampah. Dimulai dari kesadaran pribadi untuk bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan masing-masing.

Sejak terjadinya Tragedi Leuwigajah, Pemerintah Daerah Kota Cimahi fokus pada pengelolaan sampah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemkot Cimahi untuk mencegah terjadinya kembali tragedi tersebut mulai dari upaya pengurangan sampah melalui pengolahan sampah menjadi kompos, pakan maggot, hingga pembangunan bank sampah cimahi (BANK SAMICI). Namun hal tersebut dirasa belumlah cukup mengingat tingginya volume sampah yang dihasilkan masyarakat, mencapai ± 275,45 ton per hari, sedangkan kapasitas angkut ke TPA Sarimukti hanya ± 165,2 ton, ditambah kapasitas TPA Sarimukti yang sudah Overload, meskipun ijin penggunaan TPA diperpanjang sampai Tahun 2023 dan direncanakan beralih ke TPA Legok Nangka, akan tetapi jarak tempuh dan medan menuju TPA lebih berat, membutuhkan kendaraan operasional dengan kondisi baik dan Kebutuhan anggaran operasional pengangkutan sampah ke TPA Legok Nangka yang bertambah 3x lipat lebih besar dari TPA Sarimukti.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas, Hari Peduli Sampah Nasional bagi Kota Cimahi  tidak sekedar menjadi kegiatan seremoni saja, lebih dari itu Pemkot Cimahi menjadikan momen tersebut untuk terus membenahi sistem pengelolaan sampah melalui inovasi-inovasi yang dapat dilakukan. Di tahun 2023, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi menggelar rangkaian kegiatan peringatan HPSN. Rangkaian acara dimulai dari apel pagi yang dirangkaikan dengan simbolis penyerahan sertifikat Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) kepada delapan perusahaan, pemberian kode QRIS Retribusi Persampahan, bantuan sembako kepada tenaga kebersihan dan supir sampah, serta simbolis pemberian motor sampah kepada RW 7 Kelurahan Melong. Sedangkan acara puncak adalah Pelatihan Kader RW Gerakan Orang Cimahi Pilah Sampah (GRAK OMPIMPAH) dan talk show mengenai pengelolaan sampah bekerja sama dengan Apindo.

Pembukaan Pelatihan Kader RW GRAK OMPIMPAH diselenggarakan di Gedung Technopark Kota Cimahi, pada Senin (20/02) dengan dihadiri oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kota Cimahi,beberapa Kepala OPD, Camat dan Lurah lingkup Kota Cimahi, serta Kader Pilah Sampah sebanyak 1.248 orang peserta yang berasal dari seluruh kelurahan Kota Cimahi.

Rangkaian acara peringatan HPSN tingkat Kota Cimahi tahun 2023 sesuai dengan tema penyelenggaraan HPSN 2023, “Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat” dan sejalan dengan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup , kegiatan berfokus pada pengelolaan sampah yang dapat memberikan kontribusi nyata dalam upaya mencapai target zero emisi yang dilaksanakan melalui bulan peduli sampah nasional selama bulan februari melalui ragam kegiatan peduli sampah tingkat nasional dan daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah, dunia usaha dan elemen masyarakat.

“Perubahan paradigma masyarakat terhadap sampah merupakan hal yang krusial dalam pelaksanaan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” tutur Pj. Wali Kota Cimahi, Dikdik S. Nurgahawan takkala membuka acara.

Untuk itu ia mengungkapkan fokus kegiatan Pemerintah Daerah Kota Cimahi untuk HPSN tahun 2023 adalah dengan membangun partisipasi masyarakat melalui pilah dan olah sampah dari rumah sebagai upaya mengurangi timbulan sampah ke TPA dengan program GRAK OMPIMPAH melalui pelatihan Kader Pilah Sampah dari setiap RW di Kota Cimahi yang akan mengedukasi, mengajak dan mengingatkan masyarakat Kota Cimahi untuk memilah sampah dari rumah.

Dalam pelaksanaan pilih pilah sampah, masyarakat harus melihat sampah bukan sebagai suatu masalah, tetapi sebagai sesuatu yang bisa diolah menjadi material atau sumber daya yang bermanfaat, dan untuk dapat berdampak maka kegiatan ini membutuhkan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.

Program GRAK OMPIMPAH merupakan satu upaya membangun perubahan budaya dan perilaku masyarakat serta untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilahan sampah dari sumber. Dengan pemilahan sampah dari sumber, dapat memudahkan pengolahan sampah selanjutnya. Sampah yang masuk ke TPA nantinya diharapkan hanya sampah residu yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.

Mengacu pada prinsip pemanfaatan kembali sampah atau yang biasa dikenal dengan nama 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) yang dilakukan melalui upaya-upaya yang cerdas, efisien dan terprogram, maka pengelolaan sampah dapat lebih efisien. Namun dalam perjalanannya, program 3R masih menghadapi kendala utama, yakni kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk memilah sampah.

Dengan dilaksanakannya program GRAK OMPIMPAH ini diharapkan akan membantu Pemerintah Daerah Kota Cimahi dalam mengurangi timbulan sampah ke TPA melalui pilah sampah dari rumah dan menjadikan sebuah kebiasaan baik di masyarakat dalam mengatasi sampah.

“Saya mengajak seluruh pihak dapat turut serta untuk mensukseskan program pilah sampah ini, serta sosialisasi dan edukasi tentang pemilahan harus disebarluaskan kepada seluruh lapisan masyarakat yang akan dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dibantu oleh 1248 kader RW GRAK OMPIMPAH”

Kegiatan ini akan dilaksanakan selama dua hari dan dibagi menjadi tiga sesi. Para kader dari tiap RW di Kota Cimahi akan dilatih tata cara Door to Door Education (DTDE) dan Door to Door Collection (DTDC) dimana dalam pelaksanaannya para kader diharapkan mampu mengedukasi masyarakat di kawasannya untuk memilah sampah.

Paradigma lama pengelolaan sampah skala kota, yang hanya bertumpu pada upaya penanganan di hilir dengan cara kumpul, angkut, buang harus secepatnya diubah menjadi pengelolaan sampah skala kawasan dengan penekanan kepada upaya pemilahan dan pengurangan timbunan sampah di hulu.

Kegiatan pilih sampah ini selain dapat mengurangi beban TPA, juga dapat bernilai ekonomi bagi masyarakat. Dengan menerapkan prinsip 3R, masyarakat dapat memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi sehingga dapat menggerakan roda perekonomian masyarakat. Dengan adanya partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat diharapkan pengelolaan sampah di Kota Cimahi akan menjadi lebih baik, roda perekonomian masyarakat meningkat sehingga dapat mengubah sampah menjadi berkah.