Menikah dan memiliki rumah tangga yang harmonis adalah impian semua pasangan. Meski tidak mudah, bukan berarti tidak mungkin. Tugas manusia adalah berusaha semaksimal mungkin. Baik suami maupun istri harus sama-sama berusaha mewujudkannya. Kebahagiaan harus diciptakan, bukan ditunggu.
Tahukah Anda, membangun keluarga harmonis dimulai dari dua hal. Apa saja itu?
1. Ego
Banyak yang mengeluhkan orang terdekatnya punya ego tinggi atau jangan-jangan Anda sendiri juga mungkin seperti itu. Apa sih yang dimaksud dengan ego, yang selalu dikaitkan dengan karakter negatif?
Sebenarnya pada dasarnya semua manusia memiliki ego, apa pun jenis kelamin, profesi atau posisinya. Menurut wikipedia.org, ego adalah struktur psikis yang berhubungan dengan konsep tentang diri, diatur oleh prinsip realitas dan ditandai oleh kemampuan untuk menoleransi frustrasi. Ego diatur oleh prinsip realitas yang berkaitan dengan apa yang praktis dan mungkin sebagai dorongan dari diri.
Ego sangat tergantung diri kita sebagai pemiliknya, mau ditinggikan atau dikecilkan. Banyak yang menjadi korban atas nama ego ini. Dalam berumah tangga, untuk menciptakan keharmonisan, butuh kelapangan hati suami dan istri dalam mengatur ego.
Harus ada yang mengalah saat pasangan sedang tinggi egonya. Orang tua dahulu mengatakan. "jadilah air ketika pasanganmu sedang menjadi api". Kalau keduanya sama-sama tidak mau mengalah, akan ada banyak korban. Korbannya bisa rumah tangga yang tidak nyaman, anak-anak, keluarga besar, pekerjaan, dan banyak lagi.
Biasanya, istri atau perempuan lebih banyak mengalah. Sebaliknya, seorang laki-laki atau suami terkadang merasa diri paling benar dan selalu ingin didengar. Butuh kesabaran istri untuk bisa meredam dan menahan ego agar semuanya bisa berjalan sebagaimana mestinya. Naluri keibuan dan kelembutan perempuan lebih mendukung untuk mengalah demi kelangsungan dan keharmonisan rumah tangga.
2. Nafsu
Seiring dengan egonya, biasanya nafsu laki-laki selalu terdepan dan butuh pemenuhan segera. Mendengarkan amarah dan keluhan suami adalah cara istri menjadi pendengar terbaik untuknya. Selalu ada saat suami membutuhkan pelampiasan nafsu, walau terkadang istri lelah atau sakit, ya harus melayani keinginan dan hasrat suami. Artinya, saat lelah pun, bila suami sudah menginginkan, jangan sampai ditolak, apalagi sampai memunggungi. Bahkan, bila sedang berada di perjalanan jalan atau sedang beraktivitas pun, saat suami meminta, istri sebisa mungkin berusaha ada untuknya. Tujuannya, untuk menghindari suami lapar mata saat nafsunya sedang meninggi. Kecuali jika si istri sakit, suami pun harus memahami.
Semua itu harus dilakukan dengan penuh keikhlasan tanpa beban. Jangan sampai ada komplain suami terhadap perempuan. Keikhlasan melayani harus dikedepankan sehingga secara psikologis punya efek yang bagus terhadap istri, yaitu akan ikut menikmati hasratnya.
Rumah tangga bukannya tanpa perbedaan atau perselisihan, namun itu cukup terjadi di kamar. Begitu keluar kamar, istri dan suami harus berusaha menjadi orangtua yang kompak jika sudah memiliki anak. Hindari melepaskan permasalahan apa pun di hadapan anak. Menjaga ego dan nafsu suami akan membuat rumah tangga berjalan harmonis. (AH)
image source: https://www.publicdomainpictures.net/pictures/240000/velka/husband-and-wife.jpg