CIMAHI.- Sederet penghargaan
diterima Kota Cimahi atas upaya pengelolaan sampah yang berbasis
lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Apresiasi itu tidak mungkin
diraih tanpa kerjasama semua pihak terutama partisipasi masyarakat Kota
Cimahi.
Penghargaan yang diterima yaitu Green
Leadership bertajuk Anugerah Nirwasita Tantra atas kepemimpinan Wali Kota
Cimahi dalam merumuskan dan menerapkan kebijakan, dan/atau program
kerja
sesuai dengan prinsip metodologi pembangunan berkelanjutan guna memperbaiki kualitas
lingkungan hidup didaerahnya. Kota Cimahi menduduki Peringkat Pertama untuk kategori
Kota Sedang, dan menjadi satu-satunya wakil Jawa Barat untuk kategori kota.
Penghargaan Green Leadership juga diberikan kepada DPRD Kota Cimahi yang dinilai memiliki komitmen pada aspek-aspek kunci
lingkungan hidup di daerahnya. Kota Cimahi juga mendapat Penghargaan Kinerja Pengurangan Sampah bersama 10
Kota lain yaitu Kota Surabaya, Jakarta Barat, Bandung, Malang, Padang, Depok, Balikpapan,
Banjarmasin, Makasar dan Bogor. Penghargaan diberikan bagi daerah yang berkonsentrasi terhadap pengurangan sampah.
Wali Kota
Cimahi Ajay M. Priatna mengatakan, upaya layanan kebersihan Kota Cimahi
terus ditingkatkan. Termasuk menambah gerobak sampah tingkat RW untuk
mengangkut sampah di setiap wilayah Kota Cimahi.
"Kota
Cimahi memang tidak memiliki TPA, tapi kedepan pengelolaan sampahnya
bisa per kawasan. Apalagi, volume sampah di Kota Cimahi kan 300 ton per
hari, nantinya mesin pengelolaan sampah akan ada di tiap kawasan dan
kita juga akan perbanyak lagi roda sampah," katanya.
Wali Kota
mengklaim penghargaan bukan tujuan utama dalam pengelolaan sampah.
"Penghargaan hanya ekses, bukan tujuan utama. Yang penting bagaimana
masyarakat mau bebersih minimal untuk rumah dan lingkungannya. Saya
lebih mendorong masyarakat sadar bahwa kebersihan harus diupayakan
bersama. Penghargaan ini juga merupakan kerja bersama dengan
masyarakat," ungkapnya.
Pihaknya mendorong masyarakat mengolah sendiri sampah yang dihasilkan. Dengan demikian, bisa mengurangi sampah yang diangkut.
"Dengan
kurangi produksi sampah, kita sama-sama menekan beban pengolahan sampah
yang mahal. Minimal, masyarakat bisa menerapkan pemilahan sampah
sehingga sampah organik bisa diolah jadi pupuk, sampah non organik bisa
dikirim ke bank sampah atau diolah untuk menambah nilai ekonomi,"
jelasnya.