Loading...

Jadi Cagar Budaya, Ini Sejarah Lengkap Stasiun Cimahi

Adhy Rahadhyan S.I.Kom 30 November 2022 2548 kali dilihat
Bagikan:
Jadi Cagar Budaya, Ini Sejarah Lengkap Stasiun Cimahi


CIMAHI - Stasiun Cimahi kini sudah ditetapkan menjadi cagar budaya melalui Surat Keputusan (SK) Wali Kota. Peresmian cagar budaya dihadiri langsung Penjabat (Pj) Wali Kota Cimahi Dikdik S Nugrahawan.

Serta SK Wali Kota Cimahi Nomor 430/1691-Disbudparpora/2022 Tanggal 10 Mei 2022 Tentang Bangunan Stasiun Kereta Api Cimahi sebagai Bangunan Cagar Budaya Kota Cimahi.

Pj Wali Kota Cimahi Dikdik S Nugrahawan menegaskan, lantaran sudah menjadi bangunan cagar budaya, Stasion Cimahi harus dijaga bersama-sama keasliannya sebagai bangunan yang kaya akan sejarah.

"Kita akan ada upaya untuk menjaga kelestariannya. Kita perlu apresiasi sekecil apapun potensi yang ada untuk menjadi aset wisata sejarah Kota Cimahi. Tentu ini perlu kita upayakan lewat kerjasama dengan berbagai pihak," kata Dikdik pada Rabu (30/11/2022).

Berikut Sejarah Lengkap Stasiun Cimahi

Stasiun Cimahi menjadi salah satu saksi sejarah dibangunnya jalur kereta api era Belanda adalah Stasion Cimahi yang hingga kini masih aktif. Stasiun Cimahi merupakan bagian dari pembangunan jalur Buitenzorg (Bogor)-Bandoeng-Cicalengka.

"Kalung besi" Bogor-Bandung-Cicalengka mulai digarap sekitar tahun 1879 oleh perusahaan kereta api Negara Staatssporwegen (SS) sepanjang 181 kilometer. Stasion Tjimahi kemudian mulai beroperasi tahun 1884.

Tujuan pembangunan jaringan kereta api di Priangan adalah untuk kepentingan ekonomi menghubungkan wilayah subur Priangan dengan pelabuhan di Batavia (Jakarta). Ketika itu hasil bumi seperti karet, kopi hingga kina dihisap sebanyak-banyaknya untuk dikirim ke Batavia.

Keberadaan jalur kereta api itu sangat penting, sebab ketika itu untuk mengirim hasil bumi dari Priangan cukup memakan waktu jika menggunakan Jalan Raya Pos, sehingga tak jarang barang-barangnya membusuk.

Dengan terhubunhnya jalur kereta api dari Bandung, Cimahi, Cianjur, Sukabumi, Bogor hingga Jakarta, maka hasil bumi bisa diangkut hanya dalam waktu 6-8 jam saja sehingga lebih efisien dan efektif.

"Lewat Jalan Raya terlalu lama sehingga banyak barang busuk. Dengan kereta api dipermudah, semakin cepat sampai pelabuhan di Batavia," kata Ketua Tjimahi Heritage, Machmud Mubarok.

Bersumber pada heritage.kai.id, ada empat kereta api yang berhenti di Halte Cimahi. Yakni jurusan Bogor - Cicalengka (pp) dan kereta api dari Cianjur menuju Cicalengka (pp). Pada saat itu kecepatan rata-rata kereta berkisar 25-30 km/jam. Perjalanan dari Bogor ke Cicalengka dapat ditempuh kurang lebih selama 7,5 jam sedangkan Cianjur-Cicalengka sekitar 3,5 jam.

Seiring perkembangan waktu, Stasion Cimahi kemudian diperbesar untuk untuk keperluan militer guna melegitimasi kekuasaan Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Apalagi ketika itu mulai dibangun Garnisun di Kota Cimahi.

Keberadaan Stasion Cimahi dianggap ini sangat strategis untuk memudahkan para tentara KNIL. Apalagi stasion tersebut dekat dengan rumah sakit militer (Rumah Sakit Dustira) dan markas-markas tentara KNIL.

"Tentara KNIL yang sakit atau luka-luka di pertempuran, bisa langsung diturunkan di stasiun dan dibawa ke rumah sakit," ucap Machmud.

Terkini, Stasion Cimahi yang dikelola PT Kereta Api Indonesia sudah mengalami perubahan, meski kesan heritage masih terlihat. Masih ada sisa-sisa sejarah yang hingga kini dilestarikan, meski sudah tidak utuh.

Di antaranya tempat pengisian air untuk kereta api uap. Namun sangat disayangkan sebab menurut Machmud talang pada bangunan berbentuk kotak itu kini hilang tak terpasang lagi.

Padalah, kata dia, tempat pengisian air tersebut merupakan ciri khas. Sebab, tak semua stasion terdapat bangunan serupa. "Itu ciri khas karena gak semau stasion punya tempat pengisian air. Di jajaran Bandung-Cianjur, satu-satunya di Cimahi," ujar Machmud.