Loading...

Pemkot Cimahi Kirim Perdana RDF Produk Olahan Sampah TPTS Santiong, Gubernur Jabar : Bisa Jadi Contoh Bagi Daerah Lain

Adhy Rahadhyan S.I.Kom 25 April 2024 1695 kali dilihat
Bagikan:
Pemkot Cimahi Kirim Perdana RDF Produk Olahan Sampah TPTS Santiong, Gubernur Jabar : Bisa Jadi Contoh Bagi Daerah Lain

CIMAHI.- Dalam rangka memperingati Hari Bumi, Pemerintah Kota Cimahi melakukan pengiriman Perdana Refuse Derived Fuel (RDF) hasil pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Santiong, Senin (22/4/2024). Pengolahan sampah dengan sistem RDF tersebut menjadi salah satu upaya Kota Cimahi mengurangi timbunan sampah menuju TPA atau Kota Cimahi Zero Landfill.

PJ. Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin yang hadir pada kegiatan tersebut, mengapresiasi upaya Pemkot Cimahi dalam pengolahan sampah. "Ini yang pertama di Jabar. TPST banyak, tapi yang terpadu betul dan diolah jadi RDF yang pertama. Saya berharap, ini dapat dicontoh dan jadi penyemangat bagi kabupaten dan kota lainnya di Jawa Barat," ujarnya.

Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan segera melakukan pembangunan awal TPPAS regional Legok Nangka yang  menampung dan memproses sampah dari 6 wilayah Bandung Raya. "Secepatnya kita groundbreaking TPPAS Legoknangka untuk pengelolaan sampah se-Bandung Raya, disamping itu TPA Sarimukti juga masih digunakan dan akan ada langkah pengelolaan selanjutnya," tambahnya.

Bey mengingatkan kunci pengelolaan sampah bermula sejak dari rumah. "Tetap kita harus menyelesaikan sampah dari hulu atau rumah, lewat cara pemilahan. Itu yang penting," tuturnya.

Penjabat (Pj) Wali Kota Cimahi Dicky Saromi menyatakan, Pemkot Cimahi semakin optimis pengelolaan sampah yang dilakukan dapat mendorong terwujudnya Cimahi Zero To Landfill. "Salah satu kontribusinya lewat pengolahan sampah sistem RDF ini," ujarnya.

Pemkot Cimahi berkomitmen mengentaskan permasalahan sampah di Kota Cimahi dengan diawali pengurangan sampah dari hulu melalui Gerakan Orang Cimahi Pilah Sampah (GRAK OMPIMPAH) sejak tahun 2023. Kegiatan tersebut dilanjutkan pada tahun 2024 dengan  pembentukan Bank Sampah di seluruh SKPD dan RW serta pengolahan sampah organik di rumah tangga melalui program GRAK POCERI (Gerakan Pengomposan Cimahi Camperenik).

"Dengan berbagai strategi, Pemerintah Kota Cimahi berupaya mengelola sampah secara mandiri. Salah satunya dengan upaya pemilahan, hasilnya sampah yang sudah terpilah diolah. Untuk sampah organik diolah untuk maggotisasi, sedangkan sampah anorganik bisa disetor ke bank sampah dan juga kita olah menggunakan sistem RDF," ungkapnya.

Pengolahan sampah dapat mereduksi sampah sebesar 56 ton/hari. Kemudian lewat Grak Ompimpah yang melibatkan partisipasi masyarakat dapat mengurangi volume sampah sebesar 40 ton/hari.

Pengolahan sampah di TPST Santiong dan Lebaksaat dapat mengolah 50 ton/hari. Maka sisa sampah yang dibuang ke TPA bisa semakin berkurang.
"Pemerintah Kota Cimahi mencanangkan untuk dapat menuntaskan sampah termasuk di dalamnya sampah plastik dengan mengurangi ketergantungan terhadap TPA sarimukti. Sehingga, secara bertahap Kota Cimahi akan menuju zero to TPA di tahun 2025," ungkapnya.

Menurutnya, salah satu cara mengurangi sampah adalah dengan pendekatan ekonomi sirkular yang merupakan konsep alternatif dari ekonomi linear yang dirancang untuk mengurangi sampah dan polusi. Upaya pencegahan harus dilakukan dengan gotong royong masyarakat, industri, pemerintah melalui usaha gaya hidup minim sampah.

"Dengan upaya-upaya tersebut Kota Cimahi diharapkan menjadi kota yang pertama bisa menuntaskan permasalahan sampah dengan pendekatan sirkular ekonomi," tandasnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi Chanifah Listyarini menambahkan, TPST Santiong dibangun atas bantuan program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional dan Metropolitan Cities Project (ISWMP). Kegiatan tersebut termasuk salah satu program pendukung percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan (PPK) DAS Citarum dengan pendanaan yang bersumber dari loan Bank Dunia.

"Saat ini dalam fase comissioning test dan akan dilanjutkan pendampingan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan selama 10 bulan," ujarnya.

TPST Santiong direncanakan akan beroperasi kapasitas sampah terolah 50 ton/hari dengan produk akhir maggot, RDF dan Bahan Bakar Padat Jumputan (BBPJ) atau biomassa sebagai pengganti bahan bakar pembuatan semen.

Diperkirakan produk RDF dan biomasa yang siap digunakan oleh industri sebanyak 10 ton per hari. Selain penanganan sampah di hulu, Kota Cimahi juga menyiapkan pengolahan sampah di TPS 3R dengan  melengkapi peralatan pilah sampah dan alat pencacah plastik bantuan dari Provinsi Jawa Barat dan APBD Kota Cimahi. Keberadaan TPST 3R dapat mengelola sampah rata-rata sebesar 15 – 20 ton per hari.**