Presiden
Joko Widodo dalam Pidato Kenegaraan jelang HUT RI ke 78, 16 Agustus 2023 lalu
di Gedung MPR/DPR mengungkapkan bahwa Dalam tiga tahun terakhir, dunia
dihadapkan pada guncangan hebat pandemi Covid-19 yang menelan korban 6,9 juta
manusia. Krisis pandemi menggerus perekonomian global sekitar 2 triliun Dolar
AS. Ini memaksa seluruh negara menggunakan instrumen kebijakan fiskal, moneter, dan
keuangan secara luar biasa. Tidak semua negara berhasil
mengatasi krisis ini. Data IMF per Juni 2023 menunjukkan ada 36 negara yang
berada dalam tekanan ekonomi akibat beban utang yang meningkat.
Indonesia
telah berhasil mengatasi tantangan besar akibat pandemi tersebut dengan hasil
yang baik. Bahkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil menangani
krisis kesehatan dengan cepat dan baik.
Indonesia
merupakan salah satu dari sedikit negara dengan pemulihan ekonomi yang cepat,
konsisten, dan inklusif. Pertumbuhan ekonomi selama tujuh kuartal terakhir,
sejak akhir 2021, secara konsisten berada di atas 5,0%. Tingkat pengangguran
berhasil diturunkan dari 6,26% pada Februari 2021 menjadi 5,45% pada
Februari 2023. Sementara
tingkat kemiskinan juga terus menurun menjadi 9,36% pada Maret
2023, dari puncaknya di masa pandemi 10,19% pada September 2021. Begitu juga
dengan kemiskinan ekstrem yang turun dari 2,04% pada Maret 2022 menjadi 1,12%
pada Maret 2023.
Pemulihan
ekonomi yang cepat dan kuat telah membawa Indonesia naik kelas, masuk kembali
ke dalam kelompok negara berpendapatan menengah atas (Upper- Middle Income
Countries) di tahun 2022. Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut.
Semester-1 2023, ekonomi nasional tumbuh 5,1%. Inflasi Indonesia juga semakin
terkendali dan mencapai 3,1% sampai dengan Juli 2023.
Kebijakan fiskal Indonesia termasuk
salah satu yang paling efektif
dalam menangani pandemi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Defisit fiskal
Indonesia sudah kembali di bawah 3% PDB, satu tahun lebih cepat dari rencana
awal. Di sebagian besar negara, defisit fiskal masih sangat lebar, seperti di
India yang mencapai 9,6% PDB per tahun 2022, Jepang 7,8%, Tiongkok 7,5%,
Amerika Serikat 5,5%, dan Malaysia
5,3%.
Rasio utang Indonesia juga salah satu yang paling rendah di antara kelompok
negara G20 dan ASEAN, bahkan sudah menurun dari 40,7% PDB di tahun 2021 menjadi
37,8% di Juli 2023. Sebagai perbandingan, rasio utang Malaysia saat ini di
tingkat 66,3% PDB, Tiongkok 77,1%, dan India 83,1%.
Kita
menyaksikan perubahan lanskap global yang sangat cepat, khususnya karena
pergeseran geopolitik. Pergeseran
geopolitik ini telah
menciptakan pola kerja sama internasional yang
terkotak-kotak. Muncul fenomena
untuk menarik rantai
suplai manufaktur ke negeri
sendiri atau memindahkan ke negara yang dianggap kawan. Fragmentasi global
tersebut telah menghambat aliran perdagangan dan investasi dunia, serta
melemahkan perekonomian dunia.
Fragmentasi
global menciptakan disrupsi rantai pasok yang meningkatkan risiko krisis
pangan, energi, serta keuangan dunia. Selain itu, tensi geoekonomi yang memanas
juga mendorong tren embargo serta hambatan perdagangan atas beberapa komoditas
vital, seperti semikonduktor, mineral, dan bahkan pembatasan arus modal.
Konstelasi
global harus disikapi dengan strategi kebijakan yang jitu dan antisipatif,
bukan yang biasa- biasa saja. Kebijakan ekonomi dan fiskal harus mampu
mentransformasi ekonomi untuk menghadapi tantangan hari ini dan ke depan.
Ketahanan pangan dan energi serta transformasi manufaktur menjadi sangat
penting. Di sisi lain, industri pertahanan harus dibangun secara kompetitif
untuk menjawab kebutuhan pertahanan keamanan Indonesia.
Dunia
juga dihadapkan pada potensi krisis akibat perubahan iklim.
Dampak fenomena ini
memiliki
ancaman
serius pada kehidupan dan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Transformasi
struktur ekonomi dalam
mengembangkan sektor yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan menjadi krusial. Transisi ke
penggunaan energi hijau perlu dilaksanakan secara progresif, namun
tetap adil dan
terjangkau. Potensi nilai ekonomi
hayati Indonesia harus kita manfaatkan sebagai faktor penting dalam
mengembangkan dan meningkatkan investasi ekonomi hijau di dalam negeri.
Selain
itu, cepat atau lambat, perkembangan digitalisasi dan artificial intelligent
juga akan semakin penting dan mendominasi kehidupan perekonomian dunia,
termasuk Indonesia. Adopsi teknologi dalam perekonomian dapat memberikan
manfaat yang signifikan apabila dihadapi
dengan strategi yang tepat. Pembangunan kualitas sumber daya
manusia, infrastruktur fisik dan non-fisik terkait teknologi informasi terus
ditingkatkan.
Kesempatan
Indonesia untuk bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle-
incometrap)tidakterbukaselamanya.Strukturpenduduk muda akibat bonus demografi,
kita manfaatkan secara maksimal. Transformasi ekonomi terus dilanjutkan untuk
meningkatkan daya tarik investasi dan pembukaan lapangan kerja yang layak
secara masif. Partisipasi Indonesia dalam rantai pasok global, khususnya pada
sektor berteknologi tinggi dan ramah lingkungan, terus didorong.
Perbaikan
kualitas sumber daya manusia menjadi faktor utama transformasi ekonomi.
Reformasi pendidikan, sistem kesehatan, serta penguatan sistem jaring pengaman
sosial yang berkelanjutan terus diperkuat. Pembangunan kualitas SDM yang sehat,
produktif, dan inovatif
juga menjamin inklusivitas serta keadilan terus dilakukan
untuk memastikan agar tidak ada penduduk Indonesia yang tertinggal. Maka, upaya
menghapus kemiskinan ekstrem, stunting, dan pembangunan daerah terpencil harus
berhasil.
Oleh
karena itu, seluruh tantangan global dan nasional harus kita jawab dengan tepat
dan efektif. Peran APBN sangat penting dan strategis dalam mendukung,
memfasilitasi, serta menentukan arah kebijakan ekonomi, sosial, dan daya saing
pertahanan dan keamanan nasional.
Kebijakan
fiskal ke depan dirancang dengan tujuan mengakselerasi target dan prioritas
pembangunan nasional. Agenda transformasi ekonomi, termasuk hilirisasi sumber
daya alam, baik hasil tambang maupun pangan, akan terus dilanjutkan.
Perlindungan dan perbaikan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang berpendapatan
rendah, juga akan tetap menjadi fokus penting untuk menopang perbaikan
struktural secara fundamental.
Mempertimbangkan
potensi perekonomian yang kita miliki, serta dengan tetap memperhitungkan
risiko-
risiko
yang akan datang, maka asumsi dasar ekonomi makro sebagai landasan penyusunan
RAPBN 2024 adalah sebagai berikut.
Pertumbuhan
ekonomi 2024 diperkirakan sebesar 5,2%. Stabilitas ekonomi makro akan terus
dijaga. Situasi kondusif dan damai pada Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 harus
kita wujudkan demi meningkatkan optimisme perekonomian jangka pendek.
Implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, Undang-Undang
Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah, dan Undang-Undang Pengembangan dan
Penguatan Sektor Keuangan juga akan memberikan manfaat positif pada penguatan
struktural.
Selanjutnya,
inflasi akan tetap dijaga pada kisaran 2,8%. Peran APBN akan tetap dioptimalkan
untuk memitigasi tekanan inflasi,
baik akibat perubahan iklim maupun
gejolak eksternal. Koordinasi
yang kuat antara anggota forum Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah
akan terus dijaga. Pada tahun 2024 kolaborasi antar Pemerintah Pusat dan Daerah
dipekirakan mampu mendongkrak pertumbuhan dan stabilitas ekonomi dengan
mengutamakan pemerataan ekonomi bagi masyarakat di berbagai sektor tak
terkecuali di Kota Cimahi.