Loading...

Anak Berbohong, Salah Siapa?

Administrator 10 April 2018 9888 kali dilihat
Bagikan:
Anak Berbohong, Salah Siapa?
Tidak ada orang tua di muka bumi ini yang menginginkan anak-anaknya menjadi seorang pembohong.  Untuk itu, tak jarang orang tua memberikan hukuman yang cukup berat bagi anak yang ketahuan telah berbohong. Hukuman ini diberikan agar si anak jera dan tidak mengulangi kesalahan tersebut serta tidak menjadikan bohong sebagai satu kebiasaan.

Ada beberapa alasan anak berbohong, di antaranya ingin mendapat penghargaan atau pujian, menutupi rasa takut, agar tidak mendapatkan hukuman, dan sebagainya. Namun, sadarilah bahwa ternyata kebiasaan berbohong anak sedikit banyak terjadi karena kesalahan orang tua, seperti kesalahan pola asuh, luputnya keteladanan, dan lainnya.

Agar hal ini tidak terus berlanjut, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mendidik anak agar tidak suka berbohong.

1. Menjadi Teladan Terbaik
Melarang anak untuk berbohong sebaiknya tidak hanya sebatas larangan untuk anak, namun juga harus diterapkan pada orang tua. Bukankah orang tua adalah panutan bagi anak? Karena itu, berusalah untuk selalu bersikap jujur dalam setiap perkataan dan perbuatan. Jadilah orang tua yang jujur dan selalu menepati janji yang sudah diucapkan kepada anak.

2. Menanamkan Kejujuran Sejak Dini
Mengajarkan suatu kebaikan pada anak hendaknya dilakukan sedini mungkin. Seperti kata pepatah, mendidik anak ibarat mengukir di atas batu. Sulit, namun akan berkesan lebih lama dan kuat melekat dalam ingatan anak.  

Termasuk di dalamnya adalah menjauhkan anak dari cerita-cerita bohong. Pada umumnya, anak belum bisa membedakan mana cerita nyata dan mana yang hanya khayalan. Akibatnya, anak akan terbiasa sehingga menganggap bahwa berbohong sah-sah saja dilakukan.

3. Hindari Hukuman yang Terlalu Berat
Tak salah bila memberi anak hukuman saat ia melakukan kesalahan. Namun, berikan secara proporsional. Jangan memberi hukuman yang terlalu berat dan sering.  Hukuman seperti ini justru akan membuat anak takut sehingga untuk lolos dari hukuman, anak lebih memilih untuk berbohong. 

Selain itu, jangan menghakimi anak dengan kesalahan yang dilakukannya. Misalnya, melabeli anak dengan sebutan nakal karena anak tidak sengaja memecahkan gelas. Biarkan anak menjalani hukumannya dengan membersihkan tumpahan tersebut dan berikan nasihat agar lain kali ia lebih berhati-hati.

4. Hargai  Usaha  Anak
Setiap anak senang bila dipuji, terlebih bila yang memuji adalah orang tuanya. Pujian akan membuat anak merasa dihargai sehingga mereka pun senantiasa bersemangat. Sayangnya, sebagian orang tua kurang menghargai usaha anak dan pelit memberikan pujian. Terlebih, jika orang tua juga suka membanding-bandingkan anak. 

Akibatnya, anak pun melakukan segala macam cara demi mendapatkan pujian dan pengakuan. Anak rela berbohong demi untuk dipuji sebagai anak yang hebat, anak pintar, atau anak baik. Hargailah setiap usaha anak usahanya untuk menjadi lebih baik, sekecil apa pun itu.

5. Berikan Kepercayaan
Kepercayaan merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada anak. Kepercayaan yang diberikan orang tua akan membuat anak berusaha untuk menjaga kepercayaan tersebut. Anak pun akan belajar untuk bertanggung jawab serta jujur, baik dalam perkataan maupun perbuatan. 

Mungkin, sesekali anak akan melakukan kesalahan. Jangan langsung menghakimi anak dan melabelinya dengan sebutan ‘tukang bohong’ atau ‘anak yang tidak bisa dipercaya’. Sebaliknya, bantu anak untuk memperbaiki kesalahannya dan biarkan ia mengambil pelajaran dari kesalahan tersebut. Setelah itu, mintalah anak berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya kembali. 

Jika kelima langkah di atas dilakukan secara konsisten, kebiasan berbohong pada anak akan hilang. (AH)