Tindakan agresif adalah suatu tindakan yang merusak atau menyakiti orang, baik secara fisik maupun verbal. Tindakan agresif ini lebih banyak diartikan dalam hal yang negatif dan dapat dialami semua tingkatan usia. Tak terkecuali pada balita yang juga dapat mengalaminya.
Tindakan agresif pada balita dapat diterima sebagai suatu yang wajar karena balita masih mengembangkan kemampuan bahasanya dan belum dapat mengontrol impuls yang baik sehingga mereka menganggap tindakan fisik sebagai cara berkomunikasi. Masalahnya, banyak orang tua yang membiarkan, bahkan mendukung tindakan agresif anak balita ini. Jika hal ini terjadi, kebiasaan tersebut akan terbawa hingga dewasa. Selain itu, ada juga orang tua yang memarahi anak dengan panjang lebar, padahal anak belum mengerti apa yang orang tuanya katakan.
Untuk mengatasinya, diperlukan penanganan yang tepat. Bagaimana cara menanganinya? Berikut penjelasannya:
Tetap tenang
Orang tua sebaiknya tidak marah-marah dalam menghadapi anak tersebut. Hal ini akan semakin membuat anak kesal dan akan meniru perilaku orang tuanya. Ingat, anak adalah peniru yang andal, karena itu, orang tua harus tetap tenang dan dapat mengontrol emosi. Dengan sikap yang demikian, secara tidak langsung orang tua sudah mengajari anak mengontrol emosinya.
Buat Batasan
Pada saat anak melakukan tindakan agresif, jangan tunda untuk menegurnya. Anak harus segera tahu ia melakukan kesalahan.
Berikan Penjelasan Singkat
Memberikan penjelasan secara panjang lebar menjadikan tidak efektif karena usia anak yang masih balita masih terbatas dalam mengolah informasi yang masuk. Lebih baik, beri penjelasan singkat, misalnya, “Jangan memukul, dipukul itu sakit, lo.” Penjelasan yang demikian akan mudah dipahami oleh anak usia balita.
Berikan Konsekuensi Logis
Pada saat anak bermain dengan sekelompok temannya dan mulai memukul, keluarkan anak dari kelompok tersebut. Ajak komunikasi dan katakan bahwa ia dapat kembali bermain dan bersenang-senang dengan temannya jika tidak menyakiti mereka.
Perlu diingat, anak usia 2 tahun belum dapat menerima informasi secara kognitif atau merubah perilakunya berdasarkan alasan verba. Akan tetapi, anak sudah dapat menerima suatu konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya, “Jjika kamu memukul teman, maka kamu tidak boleh main lagi”. Dengan cara menjelaskan demikian, anak akan lebih paham.
Me-review Kembali
Ketika anak sedang berkelakuan agresif, tunggulah hingga ia tenang dahulu. Setelah anak tenang, orang tua dapat menceritakan apa yang terjadi dengan lemah lembut. Tanyakan pada anak apa yang membuat ia berlaku demikian. Dengarkan cerita anak dengan penuh perhatian. Setelah selesai anak bercerita, ajak berdiskusi. Beri penjelasan bagaimana harus bersikap jika kejadian tersebut terulang kembali.
Berikan Alternatif
Beri penjelasan pada anak bahwa perasaan marah adalah perasaan fitrah manusia. Wajar jika seseorang merasa marah. Akan tetapi, hal yang tidak boleh dilakukan dengan cara mengekspresikan, seperti memukul, menendang, dan menggigit. Bantu anak menemukan cara mengekspresikan kemarahannya dengan lebih baik.
Meminta Maaf
Ajarkan pada anak untuk meminta maaf setelah memukul temannya. Pada awalnya. anak akan tidak ikhlas melakukannya, tidak apa-apa, ini merupakan awal dari pembelajaran dan akan menjadi terbiasa meminta maaf bila telah menyakiti temannya.
Demikian beberapa langkah yang dapat diterapkan pada anak yang agresif. Perlu diingat, jangan memarahi anak. Perlu kesabaran dalam menanganinya. Jika perlakuan agresif tidak ditangani, maka akan terbawa hingga dewasa kelak. Semoga bermanfaat. (AH)
image source: https://med.news.am/eng/news/10457/consuming-omega-3-improves-a-childs-aggressive-behavior.html